Senin, 16 September 2019

Novel remaja Awal-Dewasa Akhir


Episode 6 :
Hari kedua disajikan benda persegi panjang mengisi ruangan. Sebuah lemari baju plastik empat pintu berukuran sedang. Ternyata note book itu masih disana. Kali ini note book nya terbuka.


Tunggu saja
  



Ia menggeleng. Meletakan kembali tanpa ada rasa ingin tahu yang berlebih. Bergegas untuk siap-siap kesekolah setelah satu hari absen. Gelisah. Ia tak berhasil menenangkan jiwa. Pikirannya berkelut dalam ingatan yang sulit ia terima. Ia khawatir kabar mengenai pernikahannya akan tersebar luas. Ia terlanjur berkata tak ingin menikah muda.

Selepas mengenakan seragam SMA ia berjalan mengamati diri dipantulan kaca meskipun pantulannya pudar. Menyebalkan. Karena tidak ada cermin disana. Merapihkan rok panjang yang menyentuh tungkai kaki,  mengancingkan lengan baju, dan menyematkan jilbab yang setia melekat hangat.

“Fyuuhh…tenang Shevana oke kamu bisa tenang. Melangkah seperti biasa. Fyuuhh…” Tarikan napas yang membuatnya turun naik.

Ada hal yang ia tidak sadari. Bahwa sekarang ia adalah bagian dari keluarga konglomerat. Ketika ia mulai menuruni tangga. Sontak ia dibuat kaget oleh wanita tua berumur yang ditemuinya sore itu.

“Good Morning menantuku” garis kerutan itu semakin tampak ketika ia tersenyum.

Ia hanya mengangguk.

“Sarapan dulu sayang” sambil mencium kening Shevana.

Shevana terenyuh. Ia disambut hangat untuk yang kedua kalinya oleh sang mertua. Air matanya berlinang menahan haru.

“Gadis bermata elang” Sambungnya sambil menatap Shevana. Merangkulnya dan membiarkan tangannya digusur halus oleh sang mertua menuju meja makan yang disajikan sepiring Brötchen.



Roti yang dijadikan sebagai salah satu menu sarapan khas Jerman. Berukuran kecil bertekstur renyah diluar lembut didalam. Sarapan yang tak biasa bagi Shevana. Bagi kebanyakan orang Indonesia yang terbiasa makan bubur, lontong sayur akan terasa kurang jika sarapan hanya menyantap secuil roti saja. Begitu pun dengan Shevana.

 “Gadis baik” Ujar sang mertua.

Ia tersenyum dengan malu menyantap roti. Itulah Shevana ia akan menjadi sosok pendiam ketika berurusan dengan orang yang lebih tua darinya.

“Jangan dulu sekolah, kamu harus banyak belajar disini.”

Shevana tersedak.

Belajar? Maksudnya apa? Aku juga harus belajar untuk persiapan UAMBN. Oh tidak. Gerutunya dalam hati.

“Kamu harus belajar menjadi anggota keluarga kami Shevana.”

Kehidupan Shevana akan berubah dalam waktu singkat. Wajar saja ia sekarang adalah anggota keluarga terpandang. Satu hal yang ingin ia tanyakan kenapa harus ada pernikahan yang terkesan tertutup itu? Kenapa semua terjadi secara tiba-tiba? Ia semakin kesal.

“Mungkin seminggu saja cukup untuk melatihmu”

“Se…se..minggu?” dengan gugup ia bertanya.

“Kenapa sayang? Oke kalau kamu tidak siap dua minggu Momi rasa cukup.”

Ia terguncang.

“Em baiklah se..se..minggu saja nyonya, eh…maksudku Mo…mi..” Ia terbata-bata.

“Namun kamu harus memenuhi salah satu syarat untuk menjadi anggota keluarga kami” ia menoleh.

“Ba..baiklah…” Lidah yang terbiasa menurut kepada Ibunya.

“Kamu harus siap untuk menanggalkan jilbab Shevana”

Hatinya terkonyak. Wajah merona Shevana berubah menjadi merah padam. Ia tak terima.
Bersambung…


#KMP2SMI

#OODOPBACTH7

#KOMUNITASODOP

2 komentar:

ULASAN CERITA PENDEK KAMAR MANDI MERTUA A.    ORIENTASI Cerita pendek yang berjudul Kamar Mandi Mertua merupakan maha karya yang ...