Jumat, 13 September 2019

Novel Remaja Akhir-Dewasa Awal



Episode 4 :
Apa yang terjadi dengan Shevana didalam sana? Masih setia ia tatap punggunggnya yang kian menjauh dibalik celah pintu. Kenapa aku tidak menanyakan namanya? Sebuah penyesalan yang mungkin akan bersatu padu dengan larutan kebahagiaan yang ia dapatkan beberapa menit lalu.

Bagi perempuan lain mungkin kejadian seperti itu bukanlah suatu hal yang istimewa. Namun, bagi Shevana seorang remaja yang tengah menikmati masa sweet seventeen ini kali pertamanya ia merasakan getaran cinta yang begitu dahsyat. Sungguh ia masih tabu dalam hal itu. Karena, tak pernah sekalipun ia bersentuhan dengan teman laki-lakinya apalagi hanya untuk sekedar pacaran.

Selang beberapa menit, setelah proses penjamuan tamu,  keluarga laki-laki itu pun pamit.  Satu persatu bersalaman. Namun, Shevana tidak melihat laki-laki tampan itu berpamitan. Kemana perginya? Tanya Shevana dalam hati.

Tanpa sadar ia tersenyum-senyum sendiri. Laki-laki itu benar-benar membuatnya mencair, menggenang dalam wadah yang tenang. Kadang terombang-ambing dalam lautan romansa. Ia jatuh cinta. Benar-benar dibuat gila.

***

Ketika malam mempersilahkan siang untuk menggantikan posisinya. Mataharipun bergeser tanpa ragu.

Tid…tid…!

Jeritan klakson membuat jantunngnya semakin berdebar.

Ia mengintip dari balik jendela kamar memastikan.

“Fyuuuh…syukurlah bukan itu.” Ia kembali terduduk.

Begitu hati-hati Shevana memilih pakaian yang akan dikenakan, tampil dengan balutan busana yang diharap membuat keluarganya terkesan. Ia kembali tersenyum. Aku yakin aku dapat menemukan impianku yang baru.

Tok..tok..tok…!

“Sheva…Sheva…” Panggil ibunya sedikit berlari.

“Iya bu?”

“Cepetan siap-siap bentar lagi Pak Septo datang.” Ibunya kegirangan.

Jantungnya semakin berdebar hebat. Tegang, gugup, dan malu membuat tangannya berkeringat.

“Permisi.” Sahut seseorang dibalik pintu gerbang rumahnya.

“Nah itu dia.” Ibu antusias menyambutnya.

Gadis itu terperanjat. Perasaannya semakin tak karuan. Tanpa hentinya mondar-mandir memikirkan ia akan tinggal seatap dengan laki-laki tampan itu, menghabiskan setengah waktu senggang, bercengkrama manja meluapkan suka duka. Semut hitam pun sudah bosan, bermuka masam melihat tingkahnya. Ya, tingkahnya seperti anak remaja yang tengah dilanda asmara. 

                Toyota Fortune melesat jauh. Membawa Shevana menuju sebuah istana yang mungkin saja adalah istana impiannya. Beratapkan kedamaian, berdinding kepercayaan, berlantai kejujuran. Persepsinya. Sepanjang jalan Pak Septo memberikan arahan- arahan yang harus ia lakukan ketika ia tinggal dirumah itu. Ia tidak mendengarkan dengan seksama setiap kalimat yang keluar dari mulut Pak Septo. Ia mengabaikannya. Hati dan pikirannya sibuk membayangkan wajah tampan itu.

Diujung jalan terlihat orang-orang berpakaian serba hitam membukakan gerbang utama untuk menyambut kedatangan gadis itu. Perasaan takut ikut bercengkrama dengan otaknya, memberitahu sebuah prasangka yang membuat ia menggelengkan kepala. Jangan-jangan ibu menjulaku? Demi apapun aku tak menyadari hal itu. Kalau pun benar, oh tolonglah siapapun yang mendengar rintihanku tolonglah. Matanya terpejam. Tangannya mengepal.

Cahaya mentari menyilaukan mata yang sedari tadi sibuk mengamati,  mengerjap-ngerjap hingga akhirnya membuka mata untuk menelisik keadaan. Dibawanya gadis itu ke sebuah rumah megah dengan design interior yang bernuasa Eropa. Tidak hanya itu rupaya disudut taman terdapat sebuah pohon Mapel yang tumbuh dengan cantik nan indah melengkapi taman. Sungguh, ini memang salah satu impiannya sejak dulu. Shevana menabak-nebak kalau laki-laki tampan itu mungkin saja penggemar rahasianya. Ia tertawa geli.   Terima kasih suamiku. Ucapnya dalam hati. Tersipu malu.

Pintu mobil terbuka. Ia pun dipersilahkan untuk melihat-lihat. Ini sungguh nyata. Rumah impian yang selama ini hanya bisa ia simpan di book note dengan sekejap ia meraih mimpinya.   



Persis seperti apa yang ia inginkan. Atapnya berbentuk kerucut, dinding yang lebih terlihat seperti tabung dilengkapi dengan jendela-jendela yang tampak menghiasi dinding, serta cerobong asap yang tak mau kalah memamerkan diri.

“Nyonya Shevana mari silahkan masuk.” Ajak salah satu pelayan dirumah tersebut dan dengan rela hati membawa semua bawaannya.

Ia tersenyum. Shevana kembali diajak untuk berkeliling ke setiap sudut ruangan.

Pintu utama mulai terbuka. Disambut hangat oleh dua orang pelayan wanita dengan rambut dicepol indah.  Tiba-tiba saja raut wajahnya berubah. Keningnya mengerut, kedua alisnya beradu. Tidak semewah yang ia bayangkan. Bahkan terkesan sederhana, lebih sederhana dari rumahnya. Ia tertarik untuk memasuki sebuah ruang kecil yang hanya bisa dimasuki dua orang. Itupun kalau orangnya memiliki bobot badan dibawah 50 kg. Ia masuk dengan hati-hati membuka segel pintu ruangan itu, ternyata hanya ada satu kursi yang menjereng didepan komputer era 60-an. Ia terheran-heran. Pemandangan yang kontras jika dilihat dari luar.

Bersambung…
*Jangan lewatkan episode 1,2,3 nya ya kak hiiii (Memamerkan deretan gigi)

#KMP2SMI

#ODOPBACTH7

#KomunitasOdop


7 komentar:

  1. lagi dong ..... ketagihan kelanjutannya nih Kak.

    btw ada sedikit Typo tuh Kak, tapi ketutup sih, eh tapi benerin ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi oke oke besok ya kak hiii. Oh iya? haduh maaf maaf buru-buru maklum wkwkwk

      Hapus
  2. Mencium bau2 kesedihan mmmm..

    BalasHapus
  3. Sedih? pasti ada tapi gak mellow mellow gimana gitu hihi

    BalasHapus

ULASAN CERITA PENDEK KAMAR MANDI MERTUA A.    ORIENTASI Cerita pendek yang berjudul Kamar Mandi Mertua merupakan maha karya yang ...