Episode 4 :
Apa yang terjadi dengan Shevana didalam sana? Masih setia ia tatap punggunggnya yang kian menjauh dibalik celah pintu. Kenapa aku tidak menanyakan namanya? Sebuah penyesalan yang mungkin akan bersatu padu dengan larutan kebahagiaan yang ia dapatkan beberapa menit lalu.
Apa yang terjadi dengan Shevana didalam sana? Masih setia ia tatap punggunggnya yang kian menjauh dibalik celah pintu. Kenapa aku tidak menanyakan namanya? Sebuah penyesalan yang mungkin akan bersatu padu dengan larutan kebahagiaan yang ia dapatkan beberapa menit lalu.
Bagi
perempuan lain mungkin kejadian seperti itu bukanlah suatu hal yang istimewa.
Namun, bagi Shevana seorang remaja yang tengah menikmati masa sweet
seventeen ini kali pertamanya ia merasakan getaran cinta yang begitu
dahsyat. Sungguh ia masih tabu dalam hal itu. Karena, tak pernah sekalipun ia
bersentuhan dengan teman laki-lakinya apalagi hanya untuk sekedar pacaran.
Selang
beberapa menit, setelah proses penjamuan tamu,
keluarga laki-laki itu pun pamit.
Satu persatu bersalaman. Namun, Shevana tidak melihat laki-laki tampan
itu berpamitan. Kemana perginya? Tanya Shevana dalam hati.
Tanpa
sadar ia tersenyum-senyum sendiri. Laki-laki itu benar-benar membuatnya
mencair, menggenang dalam wadah yang tenang. Kadang terombang-ambing dalam
lautan romansa. Ia jatuh cinta. Benar-benar dibuat gila.
***
Ketika
malam mempersilahkan siang untuk menggantikan posisinya. Mataharipun bergeser
tanpa ragu.
Tid…tid…!
Jeritan
klakson membuat jantunngnya semakin berdebar.
Ia mengintip
dari balik jendela kamar memastikan.
“Fyuuuh…syukurlah
bukan itu.” Ia kembali terduduk.
Begitu
hati-hati Shevana memilih pakaian yang akan dikenakan, tampil dengan balutan
busana yang diharap membuat keluarganya terkesan. Ia kembali tersenyum. Aku
yakin aku dapat menemukan impianku yang baru.
Tok..tok..tok…!
“Sheva…Sheva…”
Panggil ibunya sedikit berlari.
“Iya
bu?”
“Cepetan
siap-siap bentar lagi Pak Septo datang.” Ibunya kegirangan.
Jantungnya
semakin berdebar hebat. Tegang, gugup, dan malu membuat tangannya berkeringat.
“Permisi.”
Sahut seseorang dibalik pintu gerbang rumahnya.
“Nah itu
dia.” Ibu antusias menyambutnya.
Gadis
itu terperanjat. Perasaannya semakin tak karuan. Tanpa hentinya mondar-mandir
memikirkan ia akan tinggal seatap dengan laki-laki tampan itu, menghabiskan
setengah waktu senggang, bercengkrama manja meluapkan suka duka. Semut hitam
pun sudah bosan, bermuka masam melihat tingkahnya. Ya, tingkahnya seperti anak
remaja yang tengah dilanda asmara.
Toyota
Fortune melesat jauh. Membawa Shevana menuju sebuah istana yang mungkin saja
adalah istana impiannya. Beratapkan kedamaian, berdinding kepercayaan, berlantai
kejujuran. Persepsinya. Sepanjang jalan Pak Septo memberikan arahan- arahan yang harus ia
lakukan ketika ia tinggal dirumah itu. Ia tidak mendengarkan dengan seksama
setiap kalimat yang keluar dari mulut Pak Septo. Ia mengabaikannya. Hati dan
pikirannya sibuk membayangkan wajah tampan itu.
Diujung
jalan terlihat orang-orang berpakaian serba hitam membukakan gerbang utama
untuk menyambut kedatangan gadis itu. Perasaan takut ikut bercengkrama dengan
otaknya, memberitahu sebuah prasangka yang membuat ia menggelengkan kepala. Jangan-jangan
ibu menjulaku? Demi apapun aku tak menyadari hal itu. Kalau pun benar, oh
tolonglah siapapun yang mendengar rintihanku tolonglah. Matanya terpejam.
Tangannya mengepal.
Cahaya
mentari menyilaukan mata yang sedari tadi sibuk mengamati, mengerjap-ngerjap hingga akhirnya membuka
mata untuk menelisik keadaan. Dibawanya gadis itu ke sebuah rumah megah dengan design
interior yang bernuasa Eropa. Tidak hanya itu rupaya disudut taman terdapat
sebuah pohon Mapel yang tumbuh dengan cantik nan indah melengkapi taman. Sungguh,
ini memang salah satu impiannya sejak dulu. Shevana menabak-nebak kalau
laki-laki tampan itu mungkin saja penggemar rahasianya. Ia tertawa geli. Terima kasih suamiku. Ucapnya dalam
hati. Tersipu malu.
Pintu
mobil terbuka. Ia pun dipersilahkan untuk melihat-lihat. Ini sungguh nyata.
Rumah impian yang selama ini hanya bisa ia simpan di book note dengan
sekejap ia meraih mimpinya.
Persis
seperti apa yang ia inginkan. Atapnya berbentuk kerucut, dinding yang lebih
terlihat seperti tabung dilengkapi dengan jendela-jendela yang tampak menghiasi
dinding, serta cerobong asap yang tak mau kalah memamerkan diri.
“Nyonya
Shevana mari silahkan masuk.” Ajak salah satu pelayan dirumah tersebut dan
dengan rela hati membawa semua bawaannya.
Ia
tersenyum. Shevana kembali diajak untuk berkeliling ke setiap sudut ruangan.
Pintu
utama mulai terbuka. Disambut hangat oleh dua orang pelayan wanita dengan
rambut dicepol indah. Tiba-tiba saja
raut wajahnya berubah. Keningnya mengerut, kedua alisnya beradu. Tidak semewah
yang ia bayangkan. Bahkan terkesan sederhana, lebih sederhana dari rumahnya. Ia
tertarik untuk memasuki sebuah ruang kecil yang hanya bisa dimasuki dua orang.
Itupun kalau orangnya memiliki bobot badan dibawah 50 kg. Ia masuk dengan
hati-hati membuka segel pintu ruangan itu, ternyata hanya ada satu kursi yang
menjereng didepan komputer era 60-an. Ia terheran-heran. Pemandangan yang kontras
jika dilihat dari luar.
Bersambung…
*Jangan lewatkan episode 1,2,3 nya ya kak hiiii (Memamerkan deretan gigi)
*Jangan lewatkan episode 1,2,3 nya ya kak hiiii (Memamerkan deretan gigi)
#KMP2SMI
#ODOPBACTH7
#KomunitasOdop
lagi dong ..... ketagihan kelanjutannya nih Kak.
BalasHapusbtw ada sedikit Typo tuh Kak, tapi ketutup sih, eh tapi benerin ya
hihi oke oke besok ya kak hiii. Oh iya? haduh maaf maaf buru-buru maklum wkwkwk
Hapusnunggu kelanjutanya ah
BalasHapusHiii oke oke kang
HapusMencium bau2 kesedihan mmmm..
BalasHapusSedih? pasti ada tapi gak mellow mellow gimana gitu hihi
BalasHapusHm....
BalasHapus