Jumat, 27 September 2019

RESENSI NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN





Judul Buku      : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Penulis Buku   : Tere Liye

Penerbit Buku : PT Gramedia Pustaka Utama

Kota Terbit      : Jakarta

Cetakan           : 2016

Tebal Buku      : 264 halaman

ISBN               : 978 – 602 – 03 – 3160 – 7



Novel ini menceritakan tentang seorang gadis cantik yang sejak usia dua belas tahun melabuhkan hati kepada seorang malaikat bagi keluarganya. Merengkuh adik dan ibunya dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan sebuah cahaya masa depan yang gemilang. Gadis cantik itu bernama Tania.

Perhatian dan kebaikan yang diberikan oleh Danar_malaikat keluarganya kepada Tania membuatnya semakin terpesona. Decak kagum semakin menggila. Sehingga ia membiarkan perasaannya bermekaran tak tertahankan sejak rambutnya dikepang dua.

Perasaan bersalah mulai timbul. Tania merasa tak layak mencintai malaikat keluarganya sendiri. Meskipun Danar bukan kakak kandungnya, namun ibu Tania selalu menganggap Danar sebagai anaknya begitupun dengan Dede_adik Tania yang selalu memanggil Danar dengan sebutan Oom Danar, seolah-olah memang benar laki-laki berusia tiga puluh enam tahun itu adalah kerabatnya.

Hatinya kembali jatuh terberai ketika Danar memutuskan untuk menikah dengan kak Ratna. Perempuan yang sejak dulu menemani Danar. Tania tak kuasa menahan. Tangisannya buncah. Meskipun ia sering kali diperingati oleh sahabatnya yang di Singapura akan ketidakmungkinan Tania dapat memiliki Danar karena usia mereka yang terpaut empat belas tahun, namun tetap saja Tania memertahankan egonya.

Setelah pernikahan itu Tania memutuskan untuk kembali memfokuskan diri untuk menggapai cita. Ia berusaha melupakan sang malaikat. Namun, setelah ia kembali ke Indonesia hal yang sama sekali tidak ia sangka-sangka dan hampir membuat jantungnya melayang entah kemana, tiba-tiba ia mendapatkan informasi yang seharusnya ia tahu sejak dulu. Sejak Danar belum menikah. Danar mengakui perasaannya terhadap Tania lewat naskah novel yang tidak akan pernah terselesaikan. Perasaan Danar tumbuh sejak gadis cantik itu berusia dua belas tahun di bawah pohon linden. Gadis itu kini genap berusia dua puluh dua tahun.

Akal sehat Tania kembali berfungsi ia tak ingin merusak keutuhan keluarganya. Ia pun memilih untuk pergi dan tak akan pernah kembali.

Tema yang diangkat oleh Tere Liye dalam novel ini yaitu percintaan. Menariknya, novel ini mengambil sudut pandang yang berbeda dari kisah cinta pada umumnya. Isi novel ini tidak hanya mengisahkan cinta si tokoh utama, namun disisipi cerita inspiratif yang dikemas secara apik. Perbandingan yang menonjol dan menjadi ciri khas  novel ini dengan novel-novel bertema cinta lainnya yang lebih mentitikfokuskan pada kisah percintaan, novel ini lebih menuangkan cerita inspiratif, seperti menceritakan keberhasilan Tania yang berasal dari keluarga pinggiran kota menjadi orang sukses hingga manca Negara.  

Penokohan dari masing-masing tokoh digambarkan cukup gamblang oleh Tere Liye. Tokoh utama dalam novel ini adalah Tania dengan menggunakan sudut pandang “aku”. Gadis cantik dengan tubuh proporsional, berambut hitam legam panjang yang memiliki watak ambisius. Terlihat dalam setiap gerak-geriknya yang terkesan kekeh dalam menggapai impian. Tokoh Danar digambarkan sebagai sosok yang memiliki wajah menyenangkan, penyayang, kebaikannya tidak menuntut balas budi. Tokoh Dede_adik Tania, orangnya tampan dan terkadang usil, tokoh Ibu memiliki watak bijaksana, dan kak Ratna memiliki watak penyabar dan penyayang.    

Alur yang digunakan dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah alur mundur. Novel ini mengambil setting masa sekarang (modern) di dua negara yaitu di Indonesia dan Singapura.

Amanat yang terkandung dalam novel ini yaitu mengajak pembaca mengikhlaskan sesuatu tanpa merasa terbebani sedikit pun. Tanpa kebencian. Seperti halnya cinta yang tak harus memiliki karena tidak ada yang sempurna di kehidupan ini.

“Ketahuilah, Tania dan Dede…Daun yang jatuh tak pernah membenci angin…Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya…”  

Sisi menarik dari novel ini tidak hanya isinya yang mengandung hikmah, sampul buku serta judulnya pun sangat menarik minat baca. Sampul yang begitu sejalan dengan judul. Gambar sebuah pohon yang berguguran daunnya karena terpaan angin memberikan gambaran khusus bagi pembaca untuk menafsirkan judul novel ini.

Gaya bahasa yang tidak sulit dipahami membuat novel ini sangat cocok untuk remaja usia 13- 19 tahun. Karena, novel ini pun banyak menceritakan tokoh utama di masa sekolah.

Namun dibalik kesempurnaan novel maha karya penulis ternama ini, ternyata masih terdapat kekurangan diantaranya, akhir cerita yang terkesan menggantung, sehingga membuat pembaca harus menerka-nerka, masih bertanya apa yang terjadi pada si tokoh utama dan bisa saja tidak mendapatkan kepuasan tersendiri bagi pembaca.  



#KMP2SMI

#ODOPBACTH7

#KOMUNITASODOP

#DAY19

8 komentar:

  1. Balasan
    1. Makasih kak hihi semoga menjadi doa ya kak. Maksih kak udah mampir hihi

      Hapus
  2. Spoilernya kak.. perlu direduksi dikit 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya kak disitu tuh selvi belum paham hihi mohon bimbingannya ya kak. Makasih kak udah mampir

      Hapus
  3. Udah lama banget punya bukunya. Tapi, belum sempat baca hingga sekarang😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi baca aja kak rame kok novelnya. Maksih kak udah mampir hii

      Hapus

ULASAN CERITA PENDEK KAMAR MANDI MERTUA A.    ORIENTASI Cerita pendek yang berjudul Kamar Mandi Mertua merupakan maha karya yang ...