Kamis, 12 September 2019

Novel Remaja




Episode 3 :
Rupanya kedua gadis  kembar itu tidak memerhatikan gerak-gerik Shevana yang terkesan kikuk. Dengan susah payah, akhirnya ia berhasil. Gadis itu memohon izin untuk meninggalkan ruang tamu. Tanpa ia sadari ibunya mengekori dari belakang.

Ia dapati pemandangan berbeda disetiap sudut kamarnya. Semuanya terkesan lebih elegan dengan nuasna romantis yang benar-benar telah disiapkan.

“Kamu suka dengan surprise ibu anaku?” Ibunya memulai pembicaraan.

 “Bu sebenernya Sheva…” lidahnya kelu.  

Shevana memang anak yang penurut, sangat penurut. Bahkan jika ibunya meminta untuk terjun dari ketinggian seribu meter pun ia pasti menurutinya. Gadis yang baik.

Memaksakan diri untuk tetap terlihat tenang melengkungkan kembali senyuman tulus yang entah masih bisa ia suguhkan atau tidak, mengurung emosi yang kian berontak membuat dadanya terguncang hebat tak kuasa menahan sesak yang begitu menyayat. 

***

“Sheva…Shevana!”

“Eh..ya?” Ia terbangun dari ingatan pahit sore itu. 

“Ayo rapihkan dan ganti pakaianmu, jangan bikin malu ibu.” Sambil menyodorkan baju yang telah disiapkan.

Tatapannya masih kosong. Ia mengangguk pelan.

“Udah sana! Ganti bajunya di kamar mandi aja, nanti berantakan lagi kamarnya.” Ibunya terlihat kesal.

Ia kembali mengangguk.

Begitu pentingkah pernikahan ini untuk ibu?

Kakinya terasa tak bertulang, lensa matanya saat ini tak mampu menitik fokuskan arah pandang. Kosong. Sungguh ia seperti mayat hidup yang berjalan.

 Setiba di pintu kamar mandi yang nampak sedikit terbuka ia langsung melangkah menerobos masuk. Belum sempat ia meraih gagang pintu untuk menutup seketika ia terkejut.

“Astagfir…subhannallah.”

Gejolak nadinya membludak hampir pecah. Ia terpesona.

Oh lihatlah, basuhan air yang masih tersisa, kilau butirnya lekat bersentuhan dengan kulit putih nan halus. Diamati lekat- lekat mata yang senantiasa meneduhkan hati, menghangatkan jiwa, merangkul setiap insan yang dirundung derita. Pandangannya tak luput dari area dagu yang mempertegas karisma kegagahan. Tampan. Sungguh tampan. Ia sanggup mengatakan kata ‘tampan’ itu beribu-ribu kali atau bahkan berjuta-juta kali. Jika diharuskan untuk membandingkan ketampanan laki-laki itu dengan siapa, ah entahlah belum pernah ia merasakan getaran yang begitu dahsyat menjalar diseluruh elemen tubuhnya. Inikah suamiku? Bayangan mengerikan yang ia pikirkan selama ini pun akhirnya kalah telak.

“Em…kamu gak papa?” bibir tipisnya mulai angkat bicara.

Laki-laki itu tersipu, menyadari kalau sedari tadi Shevana terus menatapnya.

“Kamu pasti mempelai wanitanya. Iya kan?” Sambungnya.

Pertanyaan yang terkesan aneh jika dilontarkan oleh suami kepada istrinya. Namun, suara laki-laki itu mendadak senyap ditelinganya. Shevana menyuguhkan raut wajah tanpa ekspresi sedikitpun. Ia terpaku semakin terpaku.

“ Oh iya, cincinnya udah kamu pake?”

Cincin? Maksudnya cincin pernikahan? Aku yakin dia memang suamiku. Shevana mengiyakan dugaanya.

”Hey…” Tangan laki-laki tampan itu mencoba pecahkan lamunan Shevana.

“Ini Shevana kan?” Laki-laki tampan itu kembali bertanya kepada Shevana. Sesekali memainkan jemarinya menandakan bahwa ia merasa tidak nyaman. Dengan sigap jari yang sedari tadi ia mainkan melesat dekat dengan dagu seorang gadis yang tengah mematung, entah sengaja atau tidak hampir saja menyentuh pipi merahnya. Begitu dekat. Sangat dekat sehingga gadis itu mulai menahan napas dan menutup mata. Ia pun tersipu malu. Oh tidak, apa yang aku lakukan kenapa aku malah menutup mata? Apa yang kamu pikirkan Shevana sadarlah!  Bodoh. Makinya dalam hati. Segera ia menepis pikiran kotor itu.

Laki-laki tampan itu pun tersenyum melihat tingkahnya.

 “Suka ngelukis ya?” laki-laki itu kembali tersenyum.

“Eh ya…kok?”

“Tu, cat airnya sampe gak bisa lepas didagu.”  Laki-laki itu terkekeh.

Sontak Shevana menyingkirkan goresan cat air yang turut meriasi wajahnya.

“Haaah?! Berarti dari tadi aku? Diruang tamu itu?  Arghh…semua ini gara-gara Nadira” Ia mendengus kesal. Bibirnya termangut.

Laki-laki itu semakin terkekeh tak tahan melihat tingkah lucu Shevana.

“Gak papa, cantik kok.” Ia tersenyum. Kembali memperlihatkan deretan gigi yang tersusun rapi. 

Manisnya. Ucapnya dalam hati. Ia tersipu malu. Semakin larut dalam cairan kebahagiaan. Laki-laki itu tertawa kecil melihat Shevana yang masih bertahan mematung tanpa ada gerakan sedikitpun. Ibu maafkan aku yang selalu salah  paham maafkan Shevana bu. Aku mencitainya, aku mencintainya, aku mencintainya detik ini juga.  

 “Kalo gitu saya pamit undur diri boleh?”

Pertanyaan apa itu? Apakah ia meminta izin kepadaku? Apakah itu izin seorang suami kepada istrinya?  Ah sudahlah. Pikirnya. Semakin dipikirkan jantungnya semakin berdegup kencang.

“Aaaa…..” Tiba-tiba ia menutup wajah merahnya, dalam hitungan detik ia menutup pintu kamar mandi dengan keras. Blugg!!!

“Fyuuuhh…hampir saja” ia membuang napas lega.

Laki-laki itu terkejut.

“Gadis yang unik” ia tersenyum menatap pintu yang tertutup lantas ia melangkah pergi.

Bersambung…
*Jangan lewatkan episode 1,2 nya ya kak hiiii (Memamerkan deretan gigi)
#KMP2SMI
#ODOPBACTH7
#KOMUNITASODOP

4 komentar:

  1. Oke Fix, gue jadi menerka-nerka sosok Shevana itu kalau di dunia nyata kayak siapa, begitupun dengan laki-laki berbibir tipis berdagu indah dengan bulir-bulir air yang masih tersisa itu .

    Hoalaah .. jadi penasaran loh.

    BalasHapus
  2. hihi iya kang mangabebas berimaginasi wajah mereka seperti apa. hihi. makasih kang always stay hihi akang group mana sih kang?

    BalasHapus
  3. Cepet banget jatuh cintanya😁

    BalasHapus
  4. Ahiaaa begitulah karakter Shevana kak hiii

    BalasHapus

ULASAN CERITA PENDEK KAMAR MANDI MERTUA A.    ORIENTASI Cerita pendek yang berjudul Kamar Mandi Mertua merupakan maha karya yang ...