Minggu, 01 September 2019

Cerita Inspiratif


Pelukan Tilawah

“Ingin menikah dengan tilawah? Kamu sudah gila. Apa karena kemaren kamu gak lolos seleksi? Sudahlah Ra, mungkin kamu tidak ditakdirkan menjadi seorang qori’ah internasional. Gak ada gunanya kamu pindah-pindah pesantren Qur’an, kalo memang bukan disitu jalannya kenapa kamu masih memaksa? Kamu mau jadi qori’ah traveler? Ikut audisi saja denganku Ra pendaftarannya akan ditutup sore ini. Denger ya Ra, ini kesempatan emas kamu untuk melambungkan impian baru. Diva Indonesia Ra, Diva. aku juga tahu keinginan ibumu.”

Namanya Zania, orang paling so tahu didunia. Entahlah, dia sahabatku atau bukan yang pasti dia adalah orang paling risih dalam mengatur hidup orang. Ah, menyebalkan. Berani sekali dia membawa-bawa ibuku. Aku tidak menghiraukan ocehan pahitnya.  Aku terlalu asyik mendengarkan lantunan tilawah dari Syamsuri Firdaus yang belum lama ini menggaet gelar qori internasional diusia muda.

 Ketika melihat orang lain berhasil membentangkan kesuksesan dunia dan akhiratnya dengan bermodalkan tilawah hatiku terguncang, menangis perih karena tidak bisa berjalan apalagi berlari mengejar mereka. Penyesalan menjadi cambuk sekaigus roda yang akan mengantarkanku menuju mereka yang sudah duduk manis menikmati buah kerja kerasnya.

Aku sadar aku telah berdusta mengatakan aku mencintai tilawah, nyatanya kecintaanku hanya sebatas senja. Bagaimana aku bisa mencintai tilawah sementara dalam saraf otaku tidak bersarang lantunan ayat-ayat suci disetiap detiknya. Jika mengukur kapasitas otaku pastilah cukup untuk menampung  semua lantunan itu. Lagi-lagi aku terlena oleh sentuhan syahdu sang penggoda nafsu. Malu rasanya jika aku terus menengadah,  memohon, berharap bisa menjadi seorang qori’ah dan memiliki seorang imam yang dekat dengan al- Qur’an. Seorang imam yang setiap gerak-geriknya dihiasi dengan al-Qur’an, seorang imam yang begitu fasih dengan al-Qur’an. Bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan keduanya jika tak mau bercermin? Mata ini tak kuasa menahan derai air mata, menengok kehidupanku yang jauh dari al-Qur’an. Aku telah berpaling, aku telah lancang memanfaatkanmu untuk sekedar menaruh rasa perihku. Tolong raihlah tanganku, biarkan aku hidup diranah nafasmu, merasakan setiap detik denyut nadimu. Jangan usir aku karena ketidakmampuanku sekalipun harus menghabiskan seluruh vita suaraku. Tenang saja aku tidak akan terpengaruh oleh ocehan nona risih itu. Dapatkah aku mendapatkan kembali peluk hangatmu?. 
Bersambung...





4 komentar:

ULASAN CERITA PENDEK KAMAR MANDI MERTUA A.    ORIENTASI Cerita pendek yang berjudul Kamar Mandi Mertua merupakan maha karya yang ...