Sabtu, 05 Oktober 2019


Menjaring Waktu

Episode 1 :

Seorang gadis tengah duduk termenung menatap cahaya yang perlahan tenggelam dilaut lepas. Ia berfikir bahwa hal yang sama akan terjadi padanya. Kematian. Itulah yang sangat ia takutkan. Ia menghela napas panjang. Ia memajukan posisi tubuhnya lebih dekat dengan muara Cikasele. Sebuah tempat wisata yang tidak begitu ramai dikunjungi oleh wisatawan.

Lembayung senja mulai menyisir wajahnya. Terlukisakan mata yang teduh dengan tahi lalat disudut kanan matanya. Garis hidung yang membentuk sudut 45 ˚ serta bibir tipisnya yang mengungkap rahasia terbesar dalam sejarah hidupnya. Meskiun usianya baru menginjak 15 tahun, namun pengalamannya dalam dunia Narkoba tidak diragukan lagi. Sabu-sabu, putaw, heroin dan jenis barang haram lainnya telah ia jajakan. Pengedar. Mungkin itu sebutan yang cocok untuknya.

“Woy kenapa lu?” Tanya seorang laki-laki berambut ikal sebahu.

“Paan si lu! Ganggu aja!” jawab Nela ketus.

“Lu sentiment amat. Kenapa si?”

“Mati tuh ngeri ya”  Ucap Nela sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

 Ya kali. Gue kan masih idup”

“Gue takut” lirih Nela.

Laki-laki itu tidak berkomentar, ia sibuk dengan botol minumannya.

“Eh adzan jam berapa ya?” Tanya Nela.

“Haha…buset dah sejak kapan lu peduli sama adzan?” Ejek laki-laki itu.

“Rese lu!” sambil beranjak pergi.

“Kemana lu?”

“ Nyari mesjid”

“ Gila aja lu. Masjid di sini tuh udah dijadiin tempat mesum! Haha…” Gelak tawanya menguras emosi Nela.

“Eh kalo ngomong tuh jangan asal mangap!” Jawab Nela.

Tanpa menghiraukannya lagi, gadis itu menyusuri setiap area perumahan pesisir pantai. Memang benar, ada satu masjid di daerah tersebut yang sudah tidak layak dijadikan sebagai tempat ibadah. Bangunannya terlihat usang, kotor tak terawat. Masjid itu kini telah dialihfungsikan menjadi tempat tongkrongan remaja-remaja di bawah pengaruh narkoba. Sunggu ironis. Perkembangan zaman yang semakin hari merenggut keta’atan, kehormatan, dan budaya yang kental akan tradisi nenek moyang perlahan mulai lenyap.

Sebuah lagu berjudul Mavia Devil yang liriknya  tidak untuk diucapkan oleh seorang muslim meramaikan suasana. Gemuruh suara vokalis itu menggema hingga cakrawala. Diikuti gerak-gerik remaja yang tengah asyik melakukan mossing. Dalam pengaruh narkoba tentu saja tidak ada sakit yang terasa.

“ Ko si Nela mana?” Tanya Wiky kepada Riko yang asyik berjoget.

“ Hah?! Lu ngomong apa?”

“Si Nela kemana?!” Wiky menaikan volume suaranya.

“Lah? Lu kan cowoknya. Mana gue tau”

“ Arghh…sialan!” Sambil beranjak.

“ Lu cari si Nela?” Tanya bang Jo. Begitulah mereka menyebut laki-laki berambut ikal sebahu itu.

“Dia lagi sujud kali” Sambungnya.

“Maksud lu si Nela shalat?”

“Ya kali gak Cuy…haha…” Ejek bang Jo.

“Sialan!”

Dengan sorot matanya yang tajam ia mencari keberadaan Nela. Sesampainnya disana tampaklah Nela dengan wajah yang lebam, darah segar mengalir dipelipis matanya. Dia menjadi bahan bulian yang empuk remaja-remaja yang sering nongkrong di masjid itu. Sepasang mata menatap dengan penuh kebencian. Nela berharap Wiky datang membela dan membawanya pulang. Namun, Wiky tak peduli. Nela menatap punggung yang hilang dibalik kerumunan orang.

Bersambung

#KMP2SMI

#ODOPBACTH7

#KOMUNITASODOP

#DAY27

2 komentar:

ULASAN CERITA PENDEK KAMAR MANDI MERTUA A.    ORIENTASI Cerita pendek yang berjudul Kamar Mandi Mertua merupakan maha karya yang ...