Minggu, 06 Oktober 2019



Menjaring Waktu

Episode 2 :

Keesokan harinya. Kamis, 30 Mei 2013 pelulusan SMPN 1 Talaga.

Secepat kilat Nela mempersiapkan diri. Tak peduli sesakit apa lukanya ia tetap bersemangat.

“Pelulusan…pelulusan…pelulusan…yeah!” Kata Nela sambil berlari menghampiri Beat Merah kesayangannya.

“Mah berangkat yah!” Teriak Nela.

“ Tadi malam kamu ngajikan?”            

“Iya mah” Nela berbohong.

“ Kapan mama bisa datang ke sekolah?”

“Liat aja disuratnya mah” Sambil menjalankan motornya.

Beat Merah itu melaju dengan kecepatan sedang namun, tidak menuju ke sekolah. Nela membawa Bear Merah itu berbelok kearah kiri.

Tid…! Tid…! Tid…!!!

Suara klakson itu membuat Nela kehilangan keseimbangan.

“Woy! Kampret lu!” Teriak Nela.

“Hehe…canda dikit” Jawab Riko tanpa rasa bersalah.

“Mau ikut gak lu bareng anak-anak?” Sambungnya.

“ Iyalah”

Nela kembali menancap gasnya menuju sebuah gubuk tua. Mereka biasa menyebutnya Gubas. Tempat dimana mereka bisa melakukan banyak hal dengan bebas. Tentu, tak ada istilah satuan terpisah antara laki-laki dan perempuan disana.

Sesampainnya di Gubas, yang Nela dapati hanyalah motor bebek yang sedari tadi menunggu kehadiran pemiliknya.

“Bang? Oy! Pada di mana si?”

Hening. Tak ada seorangpun yang menjawab.

“ Ah sial gue ditinggalin” Sambil menyalakan mesin motornya.

Nela bergegas ke rumah Yuka yang jaraknya tidak jauh dari Gubas. Tidak membutuhkan waktu lama Nela sampai dirumah Yuka.

“Wiiih…udah nongol aja lu” Kata Yuka sambil mengikat tali sepatunya.

“Cepetan!”

“Iya iya ish…” Yuka mendengus kesal.

 Mereka pun pergi menuju bengkel om Toto. Benar saja temannya yang lain sudah menunggunya dari tadi.

Kacau. Itulah suasana yang tergambar disana. Para remaja itu sudah kehilangan etika seorang pelajar. Beramai-ramai menyulut rokok. Seragam SMP yang mereka kenakan kini tidak lagi berwarna putih biru, melainkan berubah menjadi berbagai macam warna. Coretan tanda tangan menjadi karya seni tersendiri, yang bagi mereka suatu kebanggaan memilikinya. Mirisnya lagi mereka menggunting rok mereka hingga diatas lutut. Gaul. Hanya kata itu yang selalu melekat dalam pikiran mereka. Merekapun tidak melewatkan hal penting. Mereka asyik bergaya mengambil gambar,  padahal surat kelulusan belum sampai ke tangan mereka. Belum pasti apakah diantara mereka ada yang lulus, kelulusannya ditangguhkan, atau bahka tidak lulus. Mereka tidak mempedulikan hal itu. Yang mereka tau pelulusan itu adalah hari kebebasan. Urusan sekolah biarlah orang tua yang atur.

Ketika mereka sudah mencapai tingkai kepuasa. Masing-masing menjalankan mesinnya dan melakukan konvoi sambil mengibarkan bendera yang bertuliskan “Devil Army”. Jalanan yang masih terlihat sepi, kini dipadati oleh para remaja yang haus akan kesenangan. Bagai lebah kehilangan sarangnya. Ramai, rebut, gaduh. Belum lagi tingkah laku mereka yang semena-mena mengambil ruas jalan.

Ditengah kegaduhan itu dari arah yang berlawanan Wiky menghampiri Nela yang berboncengan dengan Riko. Sontak Riko langsung mengerem motornya.

“ Lu udah gak waras ya!” Sahut Riko. Diiringi dengan desas- desus yang lainnya.

Dengan sigap Wiky meraih tangan Nela berusaha membuatnya turun dari motor Riko.

“I love you” Bisiknya.   

Nela terpaku. Memasang raut wajah penuh kebingungan. 

“Woy! Mau jalan gak nih?!” Teriak seseorang yang mereka dewa-kan.

Iring-iringan motor itu kembali melaju dengan kencang.

“Naik” Ajak Wiky.

“Kemana?” Tanya Nela.





#KMP2SMI

#ODOPBACTH7

#KOMUNITASODOP

#DAY28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ULASAN CERITA PENDEK KAMAR MANDI MERTUA A.    ORIENTASI Cerita pendek yang berjudul Kamar Mandi Mertua merupakan maha karya yang ...