Menjaring Waktu
Episode 2 :
Keesokan harinya. Kamis, 30 Mei 2013 pelulusan
SMPN 1 Talaga.
Secepat kilat Nela mempersiapkan diri. Tak peduli
sesakit apa lukanya ia tetap bersemangat.
“Pelulusan…pelulusan…pelulusan…yeah!” Kata Nela
sambil berlari menghampiri Beat Merah kesayangannya.
“Mah berangkat yah!” Teriak Nela.
“ Tadi malam kamu ngajikan?”
“Iya mah” Nela berbohong.
“ Kapan mama bisa datang ke sekolah?”
“Liat aja disuratnya mah” Sambil menjalankan
motornya.
Beat Merah itu melaju dengan kecepatan sedang
namun, tidak menuju ke sekolah. Nela membawa Bear Merah itu berbelok kearah
kiri.
Tid…! Tid…! Tid…!!!
Suara klakson itu membuat Nela kehilangan
keseimbangan.
“Woy! Kampret lu!” Teriak Nela.
“Hehe…canda dikit” Jawab Riko tanpa rasa
bersalah.
“Mau ikut gak lu bareng anak-anak?” Sambungnya.
“ Iyalah”
Nela kembali menancap gasnya menuju sebuah
gubuk tua. Mereka biasa menyebutnya Gubas. Tempat dimana mereka bisa melakukan
banyak hal dengan bebas. Tentu, tak ada istilah satuan terpisah antara
laki-laki dan perempuan disana.
Sesampainnya di Gubas, yang Nela dapati
hanyalah motor bebek yang sedari tadi menunggu kehadiran pemiliknya.
“Bang? Oy! Pada di mana si?”
Hening. Tak ada seorangpun yang menjawab.
“ Ah sial gue ditinggalin” Sambil menyalakan
mesin motornya.
Nela bergegas ke rumah Yuka yang jaraknya tidak
jauh dari Gubas. Tidak membutuhkan waktu lama Nela sampai dirumah Yuka.
“Wiiih…udah nongol aja lu” Kata Yuka sambil
mengikat tali sepatunya.
“Cepetan!”
“Iya iya ish…” Yuka mendengus kesal.
Mereka
pun pergi menuju bengkel om Toto. Benar saja temannya yang lain sudah
menunggunya dari tadi.
Kacau. Itulah suasana yang tergambar disana.
Para remaja itu sudah kehilangan etika seorang pelajar. Beramai-ramai menyulut rokok.
Seragam SMP yang mereka kenakan kini tidak lagi berwarna putih biru, melainkan
berubah menjadi berbagai macam warna. Coretan tanda tangan menjadi karya seni
tersendiri, yang bagi mereka suatu kebanggaan memilikinya. Mirisnya lagi mereka
menggunting rok mereka hingga diatas lutut. Gaul. Hanya kata itu yang selalu
melekat dalam pikiran mereka. Merekapun tidak melewatkan hal penting. Mereka
asyik bergaya mengambil gambar, padahal
surat kelulusan belum sampai ke tangan mereka. Belum pasti apakah diantara
mereka ada yang lulus, kelulusannya ditangguhkan, atau bahka tidak lulus.
Mereka tidak mempedulikan hal itu. Yang mereka tau pelulusan itu adalah hari
kebebasan. Urusan sekolah biarlah orang tua yang atur.
Ketika mereka sudah mencapai tingkai kepuasa.
Masing-masing menjalankan mesinnya dan melakukan konvoi sambil mengibarkan
bendera yang bertuliskan “Devil Army”. Jalanan yang masih terlihat sepi, kini
dipadati oleh para remaja yang haus akan kesenangan. Bagai lebah kehilangan
sarangnya. Ramai, rebut, gaduh. Belum lagi tingkah laku mereka yang semena-mena
mengambil ruas jalan.
Ditengah kegaduhan itu dari arah yang
berlawanan Wiky menghampiri Nela yang berboncengan dengan Riko. Sontak Riko langsung
mengerem motornya.
“ Lu udah gak waras ya!” Sahut Riko. Diiringi
dengan desas- desus yang lainnya.
Dengan sigap Wiky meraih tangan Nela berusaha
membuatnya turun dari motor Riko.
“I love you” Bisiknya.
Nela terpaku. Memasang raut wajah penuh
kebingungan.
“Woy! Mau jalan gak nih?!” Teriak seseorang
yang mereka dewa-kan.
Iring-iringan motor itu kembali melaju dengan
kencang.
“Naik” Ajak Wiky.
“Kemana?” Tanya Nela.
#KMP2SMI
#ODOPBACTH7
#KOMUNITASODOP
#DAY28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar