KUNCI PEMBUKA KEBIMBANGAN
Pernahkan berpikir
terlalu jauh untuk menjadi seorang penulis bahkan sampai meyakini ketidak mungkinan?
Itu pun sempat terjadi kepada Mojang Sunda asal Sukabumi bernama Selvi
Febriani. Kenyataan bahwa tidak lulus di Universitas Padjajaran dengan prodi sastra
Indonesia atau sastra Jerman, hampir saja ia menikam mimpinya untuk menjadi
seorang penulis populer seperti Asma Nadia.
Tulisan-tulisan yang dimuat di media sosial terbengkalai begitu saja. Tak berkelanjutan. Harapan sungguh
tak lagi berpendar. Benar-benar patah ketika iri hati menguasai diri, melihat
adik kelasnya yang berhasil lulus di Universitas ternama dengan mengambil prodi
pendidikan bahasa Indonesia. Begitu menyayat hati, mengakar sampai ulu hati.
Ketika itu ia masih berusia 18 tahun, masih dini untuk benar-benar memahami
makna sebuah ujian dan rencana Allah swt. Ia langsung menarik kesimpulan bahwa
memang tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang penulis.
Rupanya Allah memberikan
petunjuk kepada perempuan yang menyebut dirinya sebagai si Serakah Impian itu
melalui seorang pemuda aktivis bernama Abdul Halim Perdana Kusuma yang kebetulan lebih dulu mengikuti Kelas Menulis
Perpustakaan (KMP). Dengan semangat menulis yang masih mengambang, perempuan
itu memutuskan untuk mengikuti Kelas Menulis Perpustakaan. Disinilah ia
diperkenalkan dengan komunitas One Day One Post (ODOP) yang luar biasa
hebatnya oleh penulis yang hebat pula. Beliau adalah Ibu Ivit seorang penggiat
literasi yang tidak pernah sekalipun absen untuk memberikan dorongan dan
bimbingannya kepada peserta KMP. Beliau pun rupanya alumnus ODOP sekaligus PJ
ODOP. Maka dari itu, ia menyarankan peserta KMP untuk mengikuti komunitas
tersebut.
Kala itu tepatnya hari
minggu 25 Agustus 2019, ia memberanikan diri untuk mendaftar sebagai peserta di
komunitas ODOP. Khawatir dengan tulisannya yang berjudul Tulisan berseni tidak
akan lolos seleksi ia meminta do’a kepada orang tua, Ibu asrama, teman dan para
malaikat kecil penghapal al-Qur’an yang dibimbingnya.
Berkat do’a yang tak
henti bermunajat, alhamdulillah perempuan itu ternyata lolos dan terdaftar
sebagai anggota ODOP di group Adelaide. Mungkin sebagian anggota lain juga
merasakan hal yang sama dengan perempuan itu, ketika mulai bergabung di group
Whatsapp ODOP Bacth7, rasa minder selalu mengusik. Melihat para PJ dan
anggotanya yang lebih dulu mengenal dunia kepenulisan sempat membuat percaya
dirinya sedikit menciut. Namun, ketika tulisan pertama mulai dimuat di Blogg, alhamdulillah
tanggapannya pun bagus, komentar membangun selalu diluncurkan oleh para peserta
atau PJ ODOP. Tentu hal ini dilakukan untuk membangun benteng semangat menulis
para peserta. Inilah yang menjadi unsur kenyamanan bersama Odopers.
Kehangatan begitu terasa sejak pekan pertama. Meskipun
sempat jantungnya menabuh bedug ketika
mau bertanya atau sekedar menyapa di group besar ODOP. Tabuhan itu akan semakin
menjadi ketika bedah tulisan. Sunguh hari itu perasaannya tidak karuan,
mengkhawatirkan nasib tulisannya. Apalagi ketika tulisan yang dibedah saat itu
menyinggung politik Indonesia. Dadanyaa seakan tak henti naik turun. Ujung kuku
yang digigitnya menjadi bergerigi. Sampai-sampai ia pun tak dapat tidur tenang. Ah,
ternyata ketika tulisan itu dibedah, tidak ada sepatah kata pun yang
menjatuhkan, tak ada yang mencela, mencaci apalagi mencap kata yang aneh-aneh
tentangnya. Ia semakin dibuat nyaman oleh komunitas ini. Keramahtamahan begitu
lumrah bagi para Odopers.
ODOP sukses membuat kobar semangatnya kian menyala. Ia sendiri
pun semakin yakin untuk menyemai benih-benih karya hingga panen tiba. Meskipun ia
dihadapkan dengan beberapa kendala, ia berhasil menyelesaikan tulisan hingga pekan
akhir. Sedikit curhat, demi memposting sebuah tulisan perempuan itu harus rela
berpindah-pindah lokasi demi teraksesnya jaringan Wi-Fi, bahkan terkena hujan renyai pun tak apa. Karena, ia adalah predator wi-fi sejati. Begitu ungkapnya.
Satu hal yang paling ditunggu
di ODOP yaitu ketika materi. Seluruh peserta diharuskan mengikuti materi di
jadwal yang sudah ditentukan. Begitu pun dengan tantangan. Sejak itulah ia benar-benar menikmati tantangan. Biasanya rengekan selalu tersembur dari
bibir busur panahnya.
Baginya ODOP adalah
keluarga literasi terbesar yang dengan rela hati merangkul para penulis pemula.
Bermodal keikhlasan tanpa memusingkan perkara biaya. Sungguh mulia, semoga
Allah swt. membalas dengan keberkahan yang tak terhingga.
Pemilik nama itu adalah
aku. Berjuta ungkapan terimakasih kami lontarkan untukmu wahai Kunci Pembuka
Kebimbangan. Ah, ODOP kau membuatku rindu akan pukul 23 : 59 WIB. Sebuah pengalaman
yang luar biasa dapat bergabung dalam komunitas hebat ini.
Pesanku untuk ODOP :
1. Teruslah perjuangkan
visi dan misi ODOP
2. Teruskanlah dalam
menebar manfaat bagi semua orang, khususnya untuk para penulis pemula
3. Tetaplah memberikan kenyamanan kepada peserta
ODOP
4. Tetaplah
istiqomah
5. Jaga dan perkuat
komunitas
Salam literasi dari Selvi Febriani
domisili Sukabumi.
#KMP2SMI
#KOMUNITASODOPBATH7
#KESANDANPESANMENGIKUTIODOP
Salam literasi dari bumi arek malang..
BalasHapusRahayu sagung dumadi πππ
Salam juga kak Sya. Suatu kehormatan dikomentari oleh master. hehe
HapusMaster ???
BalasHapusKeliruuuu π€£π€£π€£
Enggak lah kak
HapusSalam literasi Kak Selvi.
BalasHapusKeren pisan euy gadis sukabumi iniπ
Wuah ... saya juga kenal dengan pemuda yang disebut, bukankah beliau juga ikut RWC ODOP ya?π Saya juga ingat betul tulisan di IG ituπ Terima kasih ya Kak Selvi. Selamat datang anggota keluarga baru ODOPπ
Pejuang Deadline nih...
BalasHapusHihiks