Episode 1 :
Aku gak
siap bu, aku gak mau aku masih SMA, tolong. Bagaimana dengan impianku? Masa
depan seperti apa yang ibu janjikan itu? Apa ini karena ayah? Atau ini hanya
ego ibu semata? Lirih batin seorang gadis bermata sayu. Air
matanya pecah mengalir menyusuri pori-pori yang siap menyambut duka. Garis
hidung yang membentuk sudut 45 ˚ semakin terlihat kemerahan, bertahan, bersaing
dengan api kemurkaan. Ia tertunduk lesu mendengar permintaan ibunya yang
membuat siapa saja seketika mati berdiri.
Tangan gadis itu gemetar menatap kilat mata yang tengah dilanda murka. Memiliki temperamen tinggi
membuat ibunya kesulitan untuk mengontrol emosi, tidak membutuhkan banyak
alasan untuk membuat sang ibu murka, jika ada yang memindahkan salah satu
kepunyaanya itu sudah menjadi sebuah alasan yang cukup untuk memancing
amarahnya. Tujuh belas tahun ia hidup dengan seorang ibu yang memiliki temperamental
tinggi, gadis itu bahkan pernah dirawat selama satu minggu berkat ulah kasar
ibunya. Namun, apakah karena sikap kasar seorang ibu menjadi satu alasan yang
sah untuk mendurhakai? Tentu tidak. Surga tetap berada ditelapak kakinya,
itulah alasan yang membuat ia tetap bertahan.
Dinding
kamar seakan ikut membisu. Biasa diseberang jalan ramai dipadati oleh
para penjaja makanan, disesaki oleh puluhan motor yang terparkir sembarang,
seketika semua terasa lengang, tak ada keramaian diluar sana. Cicak pun enggan
untuk bersuara seolah-olah ia mengerti dan tak mau ikut campur.
Hening.
“Sheva cepat
kemasi barang-barangmu, ibu tidak mau kalau kamu membuat masalah lagi”
Gadis
itu semakin terpukul. Terdiam merenungkan ingatan pahitnya yang masih melekat
hangat.
***
Satu jam
kali ini benar-benar membuatnya naik pitam. Bayangkan saja, sepulang Bimbel dengan
perasaan resah karena sibuk memikirkan persiapan Ujian Akhir Sekolah Berstandar
Nasional (UASBN) gadis lugu itu mendapatkan sebuah kejutan yang sangat luar
biasa. Ya, luar biasa. Sampai-sampai dibuat setengah mati oleh mereka.
Ruang tamu yang hanya berukuran empat kali
enam meter mendadak sesak dipenuhi oleh tamu-tamu terhormat dari kalangan para
pejabat. Masing-masing tamu itu menenteng sebuah parsel berisi seperangkat alat
sholat yang dibalut indah, sepatu, tas, dan barang-barang mewah lainnya
terlihat seperti seserahan, suatu tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat
Indonesia ketika hendak melangsungkan akad pernikahan. Apakah ibu akan
menikah lagi? Jika memang iya, begitu cepatnya ibu melupakan ayah. Gadis
itu menduga-duga.
Sepeninggalan
ayahnya satu bulan yang lalu membuat ibunya lemah tak kuasa menghadapi rel
kehidupan. Ditambah lagi ayahnya meninggalkan hutang yang cukup banyak sehingga
membuat ibunya semakin tertekan. Ia selalu terlihat murung, gadis itu bahkan harus terus mengajak ibunya berbincang,
mencoba menghiburnya. Namun, hari ini ia mengamati ibunya dengan penafsiran
yang berbeda, ibunya kembali tersenyum bangkit meluapkan emosi yang positif.
Dibalik
kaca jendela gadis itu melihat ibunya kembali melemparkan senyuman manisnya
untuk para tamu itu. Ia pun sempat menelisik mencari dan menduga-duga calon
suami ibunya dan itu berarti juga calon ayah tirinya. Arah pandang gadis itu terpusatkan oleh
keluarga yang sedari terus saja menghibur sosok ibunya yang tempramen, keluarga
itu telah berhasil memberikan rona baru di wajah ibunya.
Keluarga
itu beranggotakan dua gadis kembar berparas blasteran Indonesia-Jerman mereka
masih berusia lima tahun, perempuan cantik usia dua puluh lima tahunan dengan
rambut terurai hitam legam tengah menenangkan putri kecilnya yang sesekali
menangis ikut meramaikan suasana dan sepasang suami istri nampak usia lima
puluh tahunan memamerkan keharmonisannya, mereka begitu antusias saling
bertukar cerita dengan diiringi gelak tawa. Bagaimana dengan ibu gadis itu? Ya,
tentu saja ibunya hanyut dalam lautan tawa, asyik berbincang-bincang dengan
seorang wanita berumur itu sambil menceritakan kisah masa kecilnya. Samar-samar
gadis lugu itu mendengar kalau ibu memanggil wanita itu dengan sebutan ‘besan’.
Gadis itu tidak menghiraukannya, kalau-kalau ia salah dengar.
Cukup
lama gadis itu berdiri dibalik pintu, ia melangkah ragu. Ia mengetuk pintu dan
dipersilahkan masuk. Gadis itu berjalan kaku, menyalami para tamu yang sedari
tadi menunggu kedatangannya. Ibunya berjalan mendekat, mendekap erat tubuh
mungil gadis itu, mencium keningnya dan mengenalkannya kepada para tamu itu.
“ Ini
dia mempelai wanitanya. Dia anak saya Shevana.”
Gadis
itu terperangah.
“Pantas
saja pengantin pria mau segera melangsungkan akad, takut gugup dia dengan
wanita secantik ini.” Sahut seorang wanita berumur itu menggoda.
“Hah?!
Akad? Bu?!”
Gadis itu menatap ibunya memancarkan
sejuta pertanyaan.
Bersambung.....
#KMP2SMI
#ODOPBACTH7
#KOMUNITASODOP
Bersambung.....
#KMP2SMI
#ODOPBACTH7
#KOMUNITASODOP
Selalu dibuat penasaran dan tsrtarik😊
BalasHapusalhamdulillah hihi. Makasih the masukannya aduh masyaAllah. semangat teteh
HapusHai kak, wah nulisnya udah bersambung aja nih. eh tulisanya bagus kak, kayaknya kakak ini emang doyan baya ya, sampe ada blasteran jerman segala, sampe ngukur hidung 45 derajat segala, hehe. keren.
BalasHapustapi aku bingung, ini menceritakan sudut pandang orang ke 3 atau pertama ya ? atau aku yang gak tahu jenis sudut pandang ini ?
hehe aduh makasih kak udah mau baca. alhamdulillah semoga menjadi doa ya kak hihi. oh itu ahah iya kebetulan saya suka sekali Bahasa Jerman termasuk negaranya saya suka. oh hiya itu sbenernya sudut pandang orang ketiga. kan sudut pandang orang ketiga itu ada yang serba tahu ada yang tidak serba tahu. nah disini saya hanya menggambarkan lamunan atau isi hati sitokoh Utama. isi hati si tokoh Utama ditulis dengan cetak miring, karena itu murni ungkapan dari si tokoh Utama. Selvi terinspirasi dari Novelnya Bang Tere yang judulnya Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin. boleh dikepoin kak. hihi. makasih ya Allah kak.
HapusMakin mantap tulisan nya
BalasHapusaamiin. aamiin kang ya Allah semoga menjadi doa.
Hapushaturnuhun hihi.
Mau nanya dong, Tabassam itu apa ya Kak? Baru mulai udah akad aja😱
BalasHapusTersenyumlah kak hihi. Iya itulah akar masalahnya ahihi
BalasHapus