Rabu, 02 Oktober 2019


GALERI ANAK TUKANG KAYU

Episode 2 :
Di pertigaan jalan terlihat silau mata kendaraan roda empat membuat laju legenda ayahku semakin kencang. Berusaha mencegat elf merah maroon. Supir elf melirik ke arah spion, memerhatikan legenda tua ayahku yang kewalahan mengejar, akhirnya supir elf itu pun menginjak rem.  Syukurlah. Legenda tua ayahku memang bisa diandalkan.  

            “Ke kota?” Tanya supir elf sambil membantu membawa kardus miliku.

            Aku mengangguk.

“Yo naek!” teriaknya girang.

Selagi aku sibuk mencari tempat duduk yang nyaman, ayah memarkirkan legenda tua miliknya di salah satu rumah warga yang pintunya masih tertutup rapat. Pintu-pintu rumah akan terbuka jika matahari sudah terasa hangatnya.

“Assalamualaikum…Assalamualakum… Kang Iwan nitip motor” teriak ayah meminta izin pemilik rumah.

 Tidak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka. Rupanya itu adalah kang Iwan. Samar-samar kudengar perbincangan keduanya, kang Iwan menanyakan seputar pendidikan yang saat ini akan kutempuh.

Kang hayu!” ajak sopir elf.

            “Siap pir” jawab ayah. Langkah kakinya sedikit berlari.

            “Di sini Ma” tanganku menepuk jok mobil yang sedari tadi menunggu kehadiran Ayah.

            Mesin berdesing begitu gagahnya, aroma bensin tercium begitu menyengat. Saat ini belum terasa pengap karena sesaknya penumpang, mungkin satu atau dua jam lagi muatan elf ini akan melampaui kapasitas.  Anak sekolah, para buruh, dan penumpang lain masih bertahan dalam sesaknya angkutan umum.

            Sepanjang jalan, pikirku tertinggal di tanah kelahiran. Sukmaku masih bersama hangatnya langit pedesaan, jauh dari kekejaman langit ibu kota. Kebun karet yang berjejer kini tergantikan oleh gedung-gedung pencakar langit, menyuguhkan senyum sinis seraya berkata “Selamat datang di ibu kota anak desa”. Sungguh nyaliku menciut. Aku tak yakin akan bisa dengan mudah beradaptasi di lingkungan baru. Tak hentinya aku memanjatkan doa, memohon kasih sayang-Nya.

            Tujuh jam perjalanan membuat otot-ototku lelah. Merengek tak sabar. Berharap segera merebah. Bayang-bayang tanah kelahiran seketika terhempaskan oleh ketakjupan.

            Singkat cerita aku sudah sampai di Yayasan yang memintaku untuk mengajar al-Qur’an. Subhannallah. Decak kagum bertaburan dalam aliran darahku. Menancap hati yang gundah.

            Tolaal badru alaina…minsaniyatil wada’….wa jaba…syukru alaina…mada’al lillahida’…” serentak anak-anak kecil usia Sekolah Dasar (SD) menyambut hangat kedatanganku.

            “Assalamualaikum Ustadzah Nafisah” dengan langkah anggun mendekat, bersalaman, merangkul tulus. Sontak aku pun membalas rangkulannya. Tak lupa melontarkan senyuman. Ayah tersenyum haru merenung nasibku. Terlihat getar bibir yang senantiasa mengucap syukur.    

            Ustadzah? Ya Allah benarkan panggilan ini pantas dengan pribadiku yang jauh dari teladan? Air mataku kembali buncah.

Bersambung…

#KMP2SMI

#ODOPBACTH7

#KOMUNITASODOP

#DAY24

2 komentar:

ULASAN CERITA PENDEK KAMAR MANDI MERTUA A.    ORIENTASI Cerita pendek yang berjudul Kamar Mandi Mertua merupakan maha karya yang ...