Menjaring Waktu
Episode
4 :
“Eh eh
eh stop!” pinta Nela.
“Kenapa?”
Nela
tidak menghiraukannya. Ia terus berlari berniat untuk menolong teman-temannya.
“Lo mau
samperin mereka?” Tanya Wiky tanpa turun dari motornya.
“Bukan
urusan lo”
“Gue
tanya kenapa lo turun?”
“Bawa
motor lo kayak kuya” Jawab Nela dengan napas sedikit ngos-ngosan.
“Oh gitu”
Jawab Wiky santai sambil menancap gas tanpa melirik Nela sedikitpun. Nela
terdiam. Melongo. Menatap motor Wiky yang melesat jauh.
“Hah?!
Lo gak ngajakin gue? Haishhh…nyesel gue” Dengan kesal ia menghentakan kakinya.
Eh!
Temen-temen gue. Ucapnya dalam hati.
“Woy
kampret! sini lu!” Teriak Nela dengan lantang.
Tak ada
jawaban disana. Dengan sekuat tenaga Nela berusaha berlari sebisa mungkin.
“Gila.
Belum apa-apa gue udah keder duluan. Fyuuuh…”
Ketika
ia hampir sampai. Ia menghentikan langkahnya.
“ Oh no.
Gue gak boleh kesana. Kalo gue mati gara-gara ikut tawuran kan konyol” Ia
mundur satu langkah.
“Tapi,
nasib temen-temen gue? Ah peduli amat sama mati!” Ia melanjtutkan langkahnya.
“ Tapi,
gue belum siap mati. Gue banyak dosa. Masa nambah dosa lagi? Udah ah mending
gue lapor polisi”
Ia
mengambil ponselnya. Ia menceritakan kronologi kejadian tersebut kepada pihak
berwajib.
“Fyuuuh…untung
aja gue lapor polisi, kalo enggak bisa tamat temen-temen gue”
“Aaa…!!!”
Teriak Riko kesakitan.
Sebuah
gir motor mengenai kepala Riko. Tawuran antar siswa SMP itu dilatar belakangi
oleh status sekolah mereka. Sekolah Negeri dan swasta. Berbagai macam alat
mereka gunakan. Mulai dari gir motor, rante sampai samurai. Tak ada rasa belas
kasihan terpancar dari wajah mereka. Mereka mempertahankan citra sekolah mereka
dengan cara yang salah.
“Riko!”
Teriak Nela sambil berlari menghampiri Riko yang terkapar. Riko adalah sahabat
Nela sejak kecil.
“Bedebah!”
Pukulan
keras mendarat di wajah remaja laki-laki yang melumpuhkan Riko.
“Woooow…lumayan
juga” Kata remaja itu sambil mengusap sudut bibirnya yang sedikit berdarah
karena pukulan Nela.
“Tapi
sayangnya gue benci sama cewek kasar kayak lo!” Sambungnya.
Remaja
laki-laki itu merasa diremehkan oleh Nela, ia bangkit dan…
Dor!!!
Tidak
lama kemudian polisi pun datang untuk melerai.
“Berhenti!”
Peluru
peringatan telah diluncurkan. Sontak remaja-remaja yang tawuran itu membubarkan
diri.
“ Polisi…! Polisi..! Polisi…!” Teriak Yuka.
“Bemo
bantuin gue!” Kata Nela sambil berusaha
membawa Riko.
“Buruan
Naik” Ajak Bemo.
“Merekapun
melaju dengan kencang. Namun, Polisi berusaha mengejar mereka.
“Belok
kiri woy!” Teriak Bemo mengisyaratkan.
Tiga
motor mengikuti Bemo. Mereka berbelok ke arah gang kecil.
“Lewat
sini!” Bemo mengarahkan. Akhirnya mereka berhasil melarikan diri dari kejaran
polisi.
“ Fyuuhh…hampir
aja” Kata Yuka.
“ Gila!
Kayak dikejar setan tau gak. Lagian tu polisi maen nongol-nongol aja” Kata
Mamat.
“Lo pada
nyadar gak si. Markas kita kan jauh dari jalan raya dan rumah warga.” Sambung
Yuka.
“Gue
curiga ada yang lapor polisi” Sambung Bemo.
Nela
berusaha menenangkan diri namun rasa bersalah mula memenuhi pikirannya.
“Nela!”
Panggil Bemo.
“ Em?”
Nela terkejut.
“ Dari
mana aja lu?”
“Ya
paling sibuk pacaran” Selak Tedy.
“Enggak!
paan si lo!” Nela membantah.
“Santai…santai…”
“Terus
kemana? Lu bawa barang kita lagi”
“Arggh…sial!
Sakit banget pala gue” Riko terbangun.
“Riko”
Sahut Nela.
“Lu
kasih obat dulu dah Nel”
Yang
mereka maksud ialah obat-obatan terlarang yang bisa menghilangkan rasa sakit.
“Em…sebenernya
gue…itu apa…ini…” Nela kebingungan mencari alasan yang tepat. Ia tidak mungkin
mengatakan yang sebenarnya karena Wiky pasti terancam bahaya.
“Dipake
sama cowoknya lah” Tebak Tedy.
“Eh
enggak!”
“Terus
mana?” Tanya Tedy mendesak Nela.
#KMP2SMI
#KOMUNITASODOP
#ODOPBACTH7
#DAY30